PandoraBox: Khotbah Jumat [selalu] Bikin Ngantuk ?
Demo Blog

Khotbah Jumat [selalu] Bikin Ngantuk ?

by Sapto Mexavriand kategori :

Waktu sholat Jumat tadi barusan, orang yang duduk pas di sebelah saya menguap terus pas khatib mulai naik mimbar untuk berkhotbah. Nggak perlu menunggu lama setelah itu, orang tersebut langsung tidur pulas dengan posisi duduk bersila. Padahal perasaan tadi yang khotbah bukan Romi Rafael…
Ini bukan pemandangan yang unik. Saya sudah ketemu orang tertidur di waktu khotbah sejak pertama kali Bapak saya menggandeng tangan saya yang kecil menuju masjid untuk sholat Jumat. Yang bikin jadi unik adalah karena dia tepat berada di sebelah saya dan saya mengikuti semua prosesinya mulai dari proses menguap, proses memejamkan mata, proses tangan mulai menopang kepala, proses tidur yang nikmat dengan mulut sedikit terbuka sampai proses terakhir waktu saya menepuk bahunya supaya dia cepat sadarkan diri karena sholat sudah mau dimulai.

Tidurnya total abiiiis!, Lalu yang jadi pertanyaan:
Ini tidak cuma terjadi di masjid dekat rumah saya saja kan?
Fenomena ini sudah kamu temui sejak kamu kecil kan?
Dan apa kamu yakin kalo jumatan minggu depan pasti tetap ada jemaah yang tidur pas waktu khotbah?
Kalo kamu menjawab ketiga pertanyaan di atas dengan YA. Maka jelaslah ada yang SALAH.
Sebelumnya tolong jangan lupa bahwa saya ini blogger, bukan ahli agama. Saya cuma satu dari jutaan umat Islam yang berjalan mengikuti para ulama. Sekali lagi ini sekedar opini dan usulan saya untuk para ulama dan calon ulama yang saya cintai, supaya umat kita menjadi lebih kuat dan tidak tidur ketika khotbah. Jadi kalo ada yang kesinggung atau marah dengan pendapat saya nanti, silakan berwudhu dan sholat dua rakaat supaya marahnya hilang. Okeh? Piss yo!
Oke sekarang saya perlu sedikit serius… :)
Mari kita berangkat dari hal mendasar bahwa tidak ada satu helai daun pun yang lepas dari dahannya dan terjatuh ke bumi tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan Allah. Begitu juga dengan hadirnya orang-orang yang mengantuk dan tertidur pada saat khotbah jumat itu, mereka ada di sana dan tertidur atas sepengetahuan dan sepersetujuan Allah.  Dengan kata lain Allah mengizinkan mereka tertidur ketika khotbah sedang disampaikan. Mengapa Allah mengizinkan mereka tidur? Saya yakin itu adalah pertanda langsung dari-Nya bahwa benar-benar ada yang TERLUPAKAN dalam proses penyampaian khotbah jumat!
Nulis artikel ini saya ngetik pake tangan dan berpikir pake otak. Dua organ itu semua pemberian Allah. Dan kolaborasi antara dua organ itu menuliskan pendapat saya bahwa para ulama kita kurang tanggap menghadapi kerasnya zaman. Para ulama kita sudah ada dalam taraf keimanan yang terlalu tinggiiii sekali jadinya susah lagi turun ke bawah untuk sekedar merasakan dan membantu umatnya yang sedang bersusah payah menghadapi masalah-masalah keimanan yang mungkin sepele saja menurut para ulama tadi.
Sebut saja misalnya persoalan video porno. Untuk para ulama kita yang hidup tenang dalam kedamaian Islam dan kenikmatan akidah yang dalam, jangankan ketemu sama DVD-nya, kata-kata ‘video porno’ atau ‘bokep’ saja tidak pernah mereka dengar dalam lingkungan kesehariannya. Bandingkan dengan beberapa dari kita-kita ini yang harus berjuang keras dengan iman yang pas-pasan untuk nolak tawaran teman yang mau meminjamkan DVD porno ke kita. Beda sekali. Dua kutub yang sangat jauh terpisah. Dalam hal ini para ulama harus turun dan melihat kondisi umatnya di zaman super edan ini.
Narkoba, prostitusi yang legal, pergaulan bebas, situs porno di internet dan sebagainya itu semualah musuh-musuh kita dalam peperangan memperjuangkan eksistensi keimanan ummat. Ini benar-benar bisa disimbolkan sebagai perang yang besar antara kita umat Islam melawan zaman yang edan tenan. Para khatib saya ibaratkan sebagai panglima-panglima perang yang bertugas memberi kita instruksi bagaimana teknik bertempur yang benar supaya kita bisa memenangkan pertempuran. Sayangnya, para panglima itu dari tahun ke tahun tetap berkata, “Marilah kita berperang dengan penuh semangat.. Jangan pernah menyerah..”
Itu mah anak kecil juga tau kallleeee, Om!
Makin lama perang melawan zaman edan makin memakan banyak korban. Dan bisa jadi korban berikutnya adalah anak-anak kita tercinta. Ini tanggung jawab para ulama untuk membekali kita dengan senjata perang yang memadai. Para ulama mestinya lebih KREATIF mencari solusi bagaimana supaya khotbah menjadi menarik bagi umatnya. Jangan terus menerus berkata, “Marilah kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,” karena zaman edan sudah terlalu tangguh untuk dilawan hanya dengan kalimat klasik itu!
Saya sudah dengar kalimat khas khotbah Jumat di atas sejak saya kecil. Waktu terus bergulir, puluhan tahun berlalu dan para khatib masih mengucapkan kalimat yang sama. Seolah-olah mereka datang ke masjid dengan menumpang mesin waktu. Datang dari tahun 1986. Wets, jadul yak!
Kita ini butuh sesuatu yang bersifat wejangan teknis. Misalnya para khatib kita membahas tentang bagaimana cara mengupayakan agar televisi di rumah tidak merusak moral anak kita. Apa kira-kira yang harus dilakukan orang tua ketika anaknya terlalu sering main-main ke warnet atau game center. Kemudian coba menghubungkan masalah-masalah kita sehari-hari itu dengan Al Quran dan Hadits, dua pegangan kita yang tak pernah usang dimakan waktu. Beres kan? Cuma dibutuhkan sedikit KREATIVITAS untuk membuat khotbah Jumat benar-benar menjadi KEBUTUHAN ummat, bukan sekedar pengantar sebelum sholat didirikan.
Kalo dirasa solusi saya tentang tema-tema khotbah Jumat di atas dirasa belum cukup, maka berikut ini beberapa solusi lain yang bisa saya berikan. Karena saya tidak suka mengkritik tanpa solusi.
1. Tolong pakelah alat bantu yang lebih canggih
Saya bukan mau berhadapan dengan pihak-pihak tertentu, tapi menurut saya sudah jamannya sekarang khotbah Jumat menggunakan laptop dan proyektor. Dengan alat bantu teknologi seperti itu bisa dipastikan jemaah bisa dibantu dalam memahami apa yang disampaikan. Dengan bantuan gambar atau potongan film Islami untuk indera penglihatan jemaaah, saya yakin materi khotbah akan lebih efisien dan mengena. Angka ketiduran jemaah di saat khotbah saya rasa bisa ditekan dengan khotbah yang lebih visual.
Beberapa orang mungkin akan bilang, “Heh, ngomong apa kamu ini? Mau ngapain pake proyektor segala di masjid?”
Saya cuma bisa menjawab, “Kalo memang khotbah tidak butuh alat bantu seperti proyektor, silakan adzan dan khotbah tanpa dibantu microphone, speaker dan seperangkat alat equalizer. Mau nda kamu?”
2. Upgrade Pengetahuan Para Khatib
Tentu saja bukan ilmu agama para khatib yang saya usulkan untuk di-upgrade, tapi upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena budaya, sosial dan teknologi yang sedang terjadi di masyarakat. Para khatib harus sering nonton televisi dan melihat bagaimana acara-acara reality show yang pukul-pukulan setiap sore ditonton anak-anak di bawah umur. Para khatib harus sering jalan ke warnet melihat anak-anak remaja yang menonton aurat perempuan lewat situs porno. Para khatib harus mengamati pola kehidupan masyarakat sekarang yang suka dugem dan minum minuman keras. Kemudian para khatib itu MEMBERIKAN SOLUSI kepada ummat bagaimana mengatasi semua godaan-godaan itu beserta apa saja hukuman yang bakal ditanggung di akhirat kelak.
Apabila khatib tidak meng-upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena-fenomena terkini, maka jangan heran bila anak muda sekarang tidak merasa memiliki agamanya karena mereka tidak mendapat solusi dari masalah-masalah mereka melalui ceramah agama.
Hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum tentang video porno, situs porno atau fenomena dugem memang tidak tertera secara persis dan eksplisit dalam Al Quran dan Hadits. Tugas para ulama untuk menjembatani antara kondisi yang ada dengan hukum-hukum dasar Islam yang fleksibel untuk segala zaman.
3. Perkenalkan para calon ulama dengan kehidupan yang kacau sekarang ini
Santri-santri di pesantren itu kan calon-calon ulama di masa depan. Tapi kata sepupu saya yang dulu sempat mengeyam pendidikan di pesantren (ini beneran lho ya, bukan tokoh fiktif. Nama sepupu saya itu si Ical),  dia pernah cerita tentang kegiatan dia di pesantren dan menurut saya kegiatan mereka sehari-hari juga kurang diperkenalkan dengan dunia yang bakal mereka hadapi nanti.
Sebagai contoh, menurut sepupu saya tadi, Si Ical, mereka diperbolehkan menonton televisi hanya pada saat tertentu itupun cuma boleh acara berita. Bagaimana kita bisa berharap ulama kita di masa depan mau memberantas tontonan-tontonan televisi yang tidak bermoral kalo mereka nda pernah diperlihatkan dan disadarkan dengan tontonan yang ‘aje gile’?
Santri-santri itu juga kurang diperkenalkan langsung dengan potensi buruk internet. Kurang diperlihatkan semudah apa seseorang bisa mengakses informasi apapun termasuk aurat wanita. Mengapa santri-santri kita tidak diajari teknologi terbaru berupa aplikasi dan software untuk memblokir situs porno di jaringan internet rumahan? Kan canggih tuh. Dan saya rasa banyak kok orang-orang jago IT di Indonesia selain Roy Suryo (melulu) yang bisa ngajar teknik-teknik blokir situs porno. Sebut saja misalnya Boy Suryo, Toy Suryo bahkan Coy Suryo. Oke, Coy?
Mungkin saat ini saya belum bisa memberi segudang solusi, tapi masih lebih baik daripada tidak ada solusi sama sekali. Saya sih cuma bisa berharap tulisan ini bisa sampai kepada pihak-pihak yang terkait yang kemudian akan mempertimbangkan esensi dari tulisan saya ini tanpa disertai pikiran negatif.
Kita tidak pantas berharap kejayaan Islam berikutnya akan segera datang menghampiri kita selama fenomena jemaah yang tidur waktu khotbah kita diamkan dan kita anggap hal yang biasa saja.
Saya adalah satu dari jutaan ummat Islam. Dan inilah saya bersuara.
Bagaimana dengan suara kamu, saudaraku?
Share



Baca Artikel Terkait Lainnya:

1 komentar Read More ...

1 komentar


Posting Komentar

Looking for something?

Use the form below to search the site:

Still not finding what you're looking for? Drop a comment on a post or contact us so we can take care of it!