Peneliti: Adu Penalti Tidak Adil
by Sapto Mexavriand kategori : olahraga
Peneliti dari London School of Economics dan Political Science (LSE) mengungkapkan hasil penelitian mereka mengenai adu tendangan penalti di sepakbola. Menurut mereka, ada unsur ketidakadilan dalam babak adu tendangan penalti. Professor Ignacio Palacios Huerta dari departemen manajemen LSE menyatakan ada keuntungan ketidakadilan secara psikis dalam babak adu penalti.Dari 2,820 momen adu tendangan penalti di kompetisi besar nasional dan internasional antara tahun 1970 dan 2008, Palacios Huerta menemukan jika tim yang melakukan tendangan pertama memiliki peluang memenangi babak ini sebesar 60 persen.
"Kebanyakan saluran televisi memotong momen lempar koin untuk menentukan tim mana yang akan mengambil tendangan pertama hanya untuk iklan, padahal dari penelitian kami menunjukkan momen ini bisa menjadi momen menentukan setelah laga berakhir imbang," ungkap Palacios Huerta.
"Koin memberikan keuntungan 20 persen untuk tim yang melakukan tendangan pertama. Tekanan psikis 'mengejar ketertinggalan' jelas memengaruhi performa tim yang melakukan tendangan berikutnya," jelasnya.
Palacios Huerta dan Apesteguia meneliti babak toss koin di 20 kesempatan. Hampir semuanya, tim yang memenangi pengundian koin mengambil inisiatif untuk melakukan tendangan pertama. Peneliti juga mewawancarai 240 pemain dan pelatih, baik amatir mau pun profesional. Hampir semuanya mengatakan jika mereka ingin mengambil tendangan di kesempatan pertama dan 96 persen di antaranya menyatakan hal itu bisa memberi tekanan kepada tim lawan.
"Saya menilai presiden FIFA atau UEFA tak akan suka dengan fakta jika pemenang Piala Dunia, Piala Eropa atau Liga Champions ditentukan, sebagian, dari lemparan koin," tandasnya.
Palacios Huerta pun menyarankan untuk menari solusi lain menentukan pemenang di suatu laga, seperti memainkan babak tie-break seperti di olahraga tenis. Dengan cara ini, pemain tidak merasa memiliki tekanan berkewajiban untuk mengejar ketertinggalan.
Dalam penalti, pemain dari tim pertama akan menendang satu kali, yang kemudian disusul dari tim kedua menendang dua kali. Tendangan penalti berlanjut dengan tim pertama menendang dua kali, dilanjutkan tim kedua menendang dua kali, dan seterusnya hingga sepuluh tendangan atau salah satu dari mereka menang.
"Dengan sistem ini, babak penalti bukan saja berjalan lebih adil, tapi juga lebih menghibur untuk fans netral," tandas Palacios Huerta.
sumber
Share
"Kebanyakan saluran televisi memotong momen lempar koin untuk menentukan tim mana yang akan mengambil tendangan pertama hanya untuk iklan, padahal dari penelitian kami menunjukkan momen ini bisa menjadi momen menentukan setelah laga berakhir imbang," ungkap Palacios Huerta.
"Koin memberikan keuntungan 20 persen untuk tim yang melakukan tendangan pertama. Tekanan psikis 'mengejar ketertinggalan' jelas memengaruhi performa tim yang melakukan tendangan berikutnya," jelasnya.
Palacios Huerta dan Apesteguia meneliti babak toss koin di 20 kesempatan. Hampir semuanya, tim yang memenangi pengundian koin mengambil inisiatif untuk melakukan tendangan pertama. Peneliti juga mewawancarai 240 pemain dan pelatih, baik amatir mau pun profesional. Hampir semuanya mengatakan jika mereka ingin mengambil tendangan di kesempatan pertama dan 96 persen di antaranya menyatakan hal itu bisa memberi tekanan kepada tim lawan.
"Saya menilai presiden FIFA atau UEFA tak akan suka dengan fakta jika pemenang Piala Dunia, Piala Eropa atau Liga Champions ditentukan, sebagian, dari lemparan koin," tandasnya.
Palacios Huerta pun menyarankan untuk menari solusi lain menentukan pemenang di suatu laga, seperti memainkan babak tie-break seperti di olahraga tenis. Dengan cara ini, pemain tidak merasa memiliki tekanan berkewajiban untuk mengejar ketertinggalan.
Dalam penalti, pemain dari tim pertama akan menendang satu kali, yang kemudian disusul dari tim kedua menendang dua kali. Tendangan penalti berlanjut dengan tim pertama menendang dua kali, dilanjutkan tim kedua menendang dua kali, dan seterusnya hingga sepuluh tendangan atau salah satu dari mereka menang.
"Dengan sistem ini, babak penalti bukan saja berjalan lebih adil, tapi juga lebih menghibur untuk fans netral," tandas Palacios Huerta.
sumber
Baca Artikel Terkait Lainnya:
:: Categories ::
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
:: Widgets ::
:: TopTen Post ::
:: Followers ::
:: Top Commentators ::
Budayakan berkomentar, Saya untung, Anda pun dapat backlink.
0 komentar